Selasa, 26 Februari 2013

Geliat Kesenian Kudus Kian Bergairah

Posted on 10.26 by Kajian Seni dan Budaya Anak Teknik Universitas Muria Kudus


  TJ Jelajah - Kudus, Kota Kretek Kudus yang beberapa tahun terakhir ini pernah disunyikan oleh aktifitas kesenian, kin kembali bangkit dan bergairah dengan berbagai kegiatan kesenian baik teater maupun seni rupa serta kesenian lainnya. Hal ini terbukti dalam satu malam, Sabtu (29/12) kemarin ada dua even kesenian sekaligus. Pertama yakni pertunjukkan teater Obeng Universitas Muria Kudus (UMK) dengannaskah Dor karya Putu Wijaya di Aula Kampus UMK.
Dengan besutan Sutradara Wisnu DDteater Obeng mencoba membaca Putu Wijaya. Mekipun agak kedodoran, teater Obengberhasil menyajikan Dor dengan apik dan tuntas. Hanya saja dalam produksi ke dua ini, Obeng masih belum mampu menata kompleksitas persoalan yang ada dalam naskah, sehingga masih banya apresian yang melontarkan masukan dan kritik pedas dalam diskusi apresiasi usai pertunjukkan.

Menurut Sutradara Produksi kedua, Wisnu DD, menyatakan membaca Putu Wijaya dalam naskah yang ditulis sekitar tahun 1979 dan disajikan pertama kali oleh teater Mandiri sekitar tahun 1981 tersebut tidaklah mudah. Pasalnya, naskah-naskah Putu sangat membutuhkan kejelian pengamatan dan penelaahan, dan itu, menurut Wisnu tidak cukup dengan waktu yang relatif pendek.

Denga waktu dua bulan, pada Produksi II kali ini, Obeng mencoba mengeksplorasi salah satu karya tersebut dengan segala kemampuan yang ada. Ketika baru saja memasuki ruang pertunjukkan, audience sudah disuguhi seting panggung ruang persidangan Hakim yang penuh dengan koran bekas sebagai backgroundnya. Selain itu, banyak pernik-pernik yang memantulkan cahaya lampu sehingga tata lampu (lighting) menjadi tidak fokus.

“Tidak mudah memang. Tetapi proses kreatif adalah guru paling baik untuk menjadikan kita lebih baik, atau mungkin malah menjadikan kita lebih buruk dari yang kemarin” ungkap sang Sutradara, Wisnu DD di hadapan para apresian.

Apalagi, lanjut Wisnu, Dalam perjalanan keputusan, terjadilah sebuah proses pendekatan kepada hakim agar Ali bisa dibebaskan, baik secara halus maupun terang - terangan. Sang hakim harus tegas dalam memutuskan, membebaskan ataukah menjatuhi hukuman. Muncul lah tokoh Gubernur, Ibu Gubernur, Yulia, Inem, Tamu - tamu, Saksi - saksi, Jaksa, Pembela, yang semuanya membawa kebenarannya sendiri - sendiri.

Meski ragu memberikan realitas tersebut, Obeng cukup mampu membius audiencenya. Keraguan tersebut sangat diakui oleh mereka. Sebab, dengan waktu proses hanya  dua bulan, mereka dipaksa untuk menampilkan sebuah suguhan pementasan yang apik. Mereka juga menyadari bahwa kondisi - kondisi tersebut akan semakin nyata terjadi jika mereka tidak membentengi dengan spirit yang mumpuni. Tetapi Obeng akan terus menggeliat untuk sekedar membongkar kebekuan potensi pribadi maupun lingkungan kampus UMK terutama dalam hal kesenian khususnya teater.

Even Kedua dalam waktu bersamaan adalah Pameran Seni Rupa yang bertajuk “Art of Choco” di gedung eks  SD 3 Rendeng, Jalan Mayor Kusmanto Rendeng Kudus. Acara tersebut juga sekaligus peresmian berdirinya komunitas Komunitas Seni Tiga Rasa sebagai Komunitas baru yang bergerak di dunia seni rupa berdasar pada kearifan.

Meski terkesan agak “suwung”, kegiatan ini cukup mewarnai geliat kesenian di Kabupaten Kudus. Apalagi, pameran tersebut merupakan agenda pertama bagi Komunitas Seni yang baru saja dibentuk.

“Ini merupakan kegiatan pertama yang dilakukan oleh Komunitas ini, Dengan terselemnggaranya pameran ini, sudah merupakan sesuatu yang ;uar bisa bagi kami yang baru lahir” ungkap Ketua penyelenggara, Inyoer.

Pameran Art of Choco yang dibuka oleh pengasuh Rumah Singgah KebudayaaSuraukami, Guspar Wong tersebut, cukup komplit karya-karyanya. Selain pameran lukis, dilengkapi pula dengan karya patung, digital printing dibarengi dengan lukis mural oleh Krembis N Friends serta body painting oleh Tommy n’friends.

Acara yang akan dipungkasi 6 Januari 2013 tersebut menjadi semakin hingar ketika demeriahkan oleh musik akustik Glen PP, Suraukustik, dilanjutkan pembacaan puisi  Indonesiaku oleh Lurah Suraukami, Eko Gondrong. Kemudian lagu Doa oleh pengasuh sanggar seni Gaperto Mlonggo-Jepara, Didid Endro S, dan pembacaan puisi oleh tamu spesial penyair dan aktifis Komham wanita dari Aceh, Zubaidah Djohar. *** (TJ-dd)

No Response to "Geliat Kesenian Kudus Kian Bergairah"

Leave A Reply

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Like Box FB